Menkes Ungkap Asal Usul Virus Polio di Aceh
BERITAACEH.NET, JAKARTA | Menteri Kesehatan ( Menkes) Budi Gunadi Sadikin membeberkan asal
usul virus polio yang menyerang seorang anak berusia
7 tahun di Pidie, beberapa waktu lalu.
Ternyata, virus itu berasal dari virus polio yang sudah dilemahkan dalam vaksin.
Adapun virus polio yang dilemahkan itu keluar dari
tubuh anak yang baru saja divaksinasi polio saat sedang buang air besar (BAB).
"Biasanya penularannya kan lewat air besar itu.
Air besar itu masuk ke anak yang belum divaksin, anak itu kena," ujar Budi saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Menurut dia, penduduk di Pidie masih
menerapkan BAB secara terbuka di sungai.
Sementara itu, sungai dipakai sebagai
tempat aktivitas penduduk, termasuk tempat bermain anak-anak.
Budi juga menyebutkan, anak itu bisa
ketularan karena belum disuntik vaksin polio.
Apabila sudah divaksin polio, anak itu kemungkinan tidak akan terserang penyakit tersebut.
"Jadi virus ini masuk berasal dari vaksin.
Kenapa kok bisa masuk? Karena
vaksinasi tidak merata.
Kalau vaksinasinya merata, virus yang
dari vaksin ini kalau masuk ke anak, anaknya sudah divaksin, itu enggak ada
masalah," ungkap dia.
"Tapi karena anaknya belum divaksin, itu masalah.
Jadi dia kena," tambah Budi
Gunadi Sadikin.
Terpisah, Pelaksana tugas (Plt)
Direktur Imunisasi Kemenkes, dr.Prima Yosephine, meminta dinas kesehatan
(dinkes) menggencarkan vaksinasi kepada semua bayi di Aceh.
Bayi-bayi tersebut harus sudah mendapat vaksinasi polio dosis lengkap untuk mencegah terjadinya Kasus Luar Biasa (KLB) Polio.
Menurut Prima, peningkatan imunisasi polio perlu dilakukan mengingat Indonesia
adalah negara dengan risiko polio berdasarkan
capaian imunisasi rutin dalam tiga tahun terakhir.
Kemenkes, menurutnya, memberikan perhatian khusus pada wilayah yang cakupan imunisasinya masih rendah dan rawan terjadinya KLB seperti Aceh melalui upaya pelaksanaan penguatan imunisasi rutin.
“Semua sasaran bayi itu harus sudah
mendapatkan lengkap imunisasi polio yaitu empat dosis untuk polio yang tetes dan satu dosis untuk
suntikan sesuai dengan usia anaknya," ujar Prima dalam siaran pers, Rabu
(30/11/2022).
Prima mengungkapkan, perlu ada upaya
pelacakan untuk memastikan seluruh bayi mendapatkan empat dosis imunisasi bOPV
dan satu dosis imunisasi IPV lengkap sesuai usia.
Selain itu, ia meminta adanya
imunisasi kejar bagi anak usia 12-59 bulan yang belum atau tidak lengkap status
imunisasi polionya.
"Pastikan seluruh sasaran
mendapatkan empat dosis imunisasi bOPV dan satu dosis imunisasi IPV, mengingat
imunitas atau kekebalan atau vaksin untuk mencegah tertularnya terhadap polio tipe 2 hanya bisa didapatkan dari
imunisasi suntikan," kata Prima.
Berdasarkan laporan cakupan imunisasi
rutin (OPV), ada dua provinsi yang sangat berisiko tinggi.
Provinsi tersebut adalah Aceh dan Sumatera Barat dengan cakupan vaksinasi oral di bawah 60 persen pada tahun 2020.
Sementara itu, ada 13 provinsi yang
berisiko tinggi dengan cakupan vaksinasi berkisar 60-79 persen.
"Lalu, kita punya 13 provinsi
juga yang cakupannya sedang, sebesar 80-94 persen.
Kemudian, kita punya 6 provinsi
dengan capaian cukup baik untuk imunisasi polio di atas 95 persen," ujar Prima.
Sedangkan dilihat berdasarkan
kabupaten/kota, ada 60 daerah dari total 514 kabupaten/kota masuk kategori
sangat berisiko dengan cakupan imunisasi di bawah 60 persen.
Kemudian, ada 132 kabupaten kota yang risikonya tinggi dengan cakupan vaksinasi
60-79 persen.
Sementara 166 kabupaten/kota berisiko
sedang, dan 154 kabupaten/kota berisiko rendah.
“Demikian juga untuk imunisasi suntikan (IPV), yang hijau hanya jogja di tahun 2020.
Untuk kabupaten kota sebagian besar berisiko tinggi dan sangat tinggi," kata Prima. [Beritaaceh.net]
Post a Comment